Pada bulan Maret 2002, Rob Furlong yang merupakan salah satu anggota sniper (penembak jitu) yang berpartisipasi dalam Operasi Anaconda di Lembah Shah-i-Kot Afghanistan sebagai anggota dari Batalyon ke-3 Princess Patricia’s Canadian Light Infantry. Di lembah tesebut, Furlong menembak mati salah satu tentara dari sebuah kelompok yang terdiri dari tiga pejuang Taliban dan al-Qaeda yang sedang bergerak ke arah gunung. Tembakan pertamanya gagal dan disusul tembakan kedua yang cuma membentur ransel di punggung target. Pada tembakan ketiga inilah, target berhasil dibunuhnya pada jarak 2.430 meter dengan kecepatan peluru yang mencapai 823 m/dtk.
Sniper adalah seorang penembak jitu yang terlatih yang bertugas untuk menembak atau membunuh lawan secara tersembunyi dari jarak jauh dengan menggunakan senapan api runduk. Mereka bekerja dalam satu tim, biasanya berjumlah minimal dua orang. Tim ini biasanya beroperasi sendiri atau independen, berpisah dari satu pasukan dengan bekal yang secukupnya dari unit pusat. Penembak jitu ini merupakan prajurit terpilih yang telah diseleksi kemudian dilatih secara khusus. Mereka memiliki dengan semboyan yang terkenal yaitu "One Shot, One Kill" (Satu Tembakan, Satu Terbunuh). Penembak jitu juga diberi keahlian lain dengan dilatih untuk berkamuflase, menguasai lapangan, menyusup, mengintai dan mengamati. Sniper sangat efektif untuk diikutsertakan dalam medan perang di perkotaan dengan gedung-gedung tinggi maupun di hutan rimba.
Target dari sniper adalah kapten dan penghubung dari suatu tim pihak musuh. Bila kedua posisi tersebut sudah tumbang, maka strategi musuh tidak akan berjalan sesuai dengan rencana. Dan sniper akan lebih mudah untuk memporak-porandakan daerah musuh karena penghubung dari musuh sudah tumbang dan tidak dapat memanggil bala bantuan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh sniper, antara lain kelembaban, ketinggian, temperatur, gelombang angin, efek Coriolis dan putaran bumi, yang semua itu dapat mempengaruhi kinerja sniper dalam melaksanakan tugasnya.
Efek Coriolis dapat terjadi karena adanya Gaya Coriolis. Gaya Coriolis adalah gaya semu yang disebabkan oleh rotasi bumi terhadap setiap benda bergerak yang menyebabkan timbulnya kenampakan seolah-olah terdapat gaya yang bekerja terhadap benda tersebut, nama tersebut diambil berdasarkan dari nama ahli matematika yaitu Perancis G.G de Coriolis (1792-1843), yang pertama kali memperhitungkannya secara kuantitatif (Neiburger, 1995).
Perputaran bumi ke arah timur berlawanan dengan putaran jarum jam jika kita memandang ke bawah di atas Kutub Utara, dan searah dengan jarum jam jika kita memandang ke bawah di atas Kutub Selatan. Karena hal tersebut, sehingga menghasilkan sebuah aturan sebagai berikut : Gaya Coriolis bekerja ke arah kanan di belahan Bumi Utara, dan ke arah kiri di belahan Bumi Selatan.
Pengaruh Gaya Coriolis Terhadap Ketepatan Tembakan Jarak Jauh.
Rotasi bumi juga memberikan tenaga penggerak pada kejadian penembakan jarak jauh yang disebut dengan efek Coriolis. Tenaga ini menyebabkan sistem siklonik untuk menggerakkan ke arah kutub bumi. Arah peluru di belahan bumi utara dibelokkan ke arah kutub utara dan arah peluru di belahan bumi selatan apabila tidak ada sistem tekanan tinggi menetralkan energi Coriolis.
Dalam gerakan udara besar-besaran, pengaruh perputaran bumi merupakan faktor yang menonjol, dan angin biasanya mendekati kecepatan tertentu yang gaya Coriolis dan gaya gradien-tekanan horisontalnya berada dalam keadaan setimbang. Kecepatan ini disebut kecepatan angin geostrofik.
Untuk memperkirakan secara kuantitatif besarnya pengaruh Coriolis, kita harus menggunakan beberapa hubungan fisika tambahan. Pertama-tama di antaranya ialah kecepatan sudut, yang tak lain adalah laju putar suatu badai yang berputar. Laju ini adalah sudut yang ditempuh oleh badan yang berputar dalam satuan waktu, dan dapat dinyatakan dalam derajat per detik. Tetapi untuk memudahkan dalam perhitungan, biasanya dinyatakan dalam radian per detik, dengan satu radian adalah 1/2π dari suatu lingkaran penuh ( 2π radian =360o ).
Pembelokan yang serupa atau gaya semu ini terjadi ke arah manapun peluru itu bergerak. Jika peluru diarahkan sejajar dengan garis lintang (selain khatulistiwa), pembelokan juga akan berarah ke kanan di Belahan Bumi Utara dan ke kiri di Belahan Bumi Selatan.
Untuk Penjelasan lebih lengkap tentang Pengaruh Gaya Coriolis terhadap Ketepatan Tembakan Jarak jauh bisa kalian lihat dalam Makalah Seminar Fisika yang disusun Oleh Mahasiswa Fisika FKIP UNS, Ardika Agung Prihantoro. Makalah tersebut akan membahas tentang Pengertian gaya Coriolis, Sistem Koordinat Berputar,dan Pengaruh Gaya Coriolis terhadap tembakan Jarak jauh.
Untuk Makalah Seminar Fisika tersebut ( Format .PDF ) bisa kalian Unduh
Sekian, Semoga bermanfaat
0 Response to "Seminar Fisika "Pengaruh Gaya Coriolis terhadap Ketepatan Tembakan Jarak jauh""
Post a Comment